Sunday, 18 November 2012

Tarzan Photography Award; Talk show Photography & Entreprenership

Tarzan Photography dan an1mage menyelenggarakan Tarzan Photography Award sesi terakhir dari 10 sesi pra final yang diselenggarakan pada tanggal 14 Nopember sore. Dalam Sesi Road show pra final ini, diadakan talk show tentang photography dimana Dekan Fakultas Seni & Desain Universitas Multimedia Nusantara (Ultima), M.S. Gumelar menjadi salah satu nara sumbernya.

Dalam talkshow ini hadir presiden direktur Tarzan photo yaitu Pak Jimmy Iskandar dan juga Pak Joe Markus sebagai program direktur dari White Sands - Indonesia Photo Tour.

Talkshow ini membahasa bagaimana caranya memulai usaha dalam bisnis photography. Gumelar menjelaskan bahwa dalam bisnis photography terbagi menjadi 3, yaitu;
1.  Sebagai pengusaha jasa photography
2.  Sebagai penjual alat-alat photography
3. Sebagai Profesi yang bekerja secara freelance ataupun bergabung dalam suatu perusahaan yang membutuhkan keahlian photography-nya.

Untuk menjadi pengusaha dibidang jasa photography, maka tidak dibutuhkan skill yang handal dalam dunia photography, tetapi menjadi handal di dalamnya akan menjadi nilai plus, serta keberanian untuk berwira usaha, yang mempunyai mental pantang menyerah, konsisten dalam usahanya, kejujuran dalam berbisnis, kemampuan memanaje data, keuangan dan organisasi serta ramah agar mampu mengembangkan jaringan (network) dengan client agar lebih dekat.

Bila belum mempunyai modal, maka dimulai dari jasa menjadi photographer freelance, kemudian setelah modal terkumpul, berusaha membuat studio photo, dan tetap menjalin usaha sebagai freelancer, kemudian semakin besar, dan dikenal, ada baiknya membuka cabang di tempat lain, sehingga bisnisnya lebih berkembang.

Namun bila sebagai Profesional untuk bekerja diperusahaan, maka diperlukan skills photography yang  handal adalah mutlak, kemudian sikap yang baik, seperti kejujuran, ramah dan pantang menyerah. Maka dengan memegang itu semua, diharapkan karirnya akan meningkat pesat.

Saat ditanya tentang teknik-teknik, Gumelar menjelaskan bahwa teknik photography, lighting, angle, distance, composition yang mempunyai point of interest dan moment atau timing sangat penting, agar hasil jepretannya menjadi elegant, bahkan unik. (G)

http://michaelgumelar.blogspot.com/2012/11/photography-seminar-workshop-untuk.html









http://michaelgumelar.blogspot.com/2012/11/pengabdian-sosial-fotografi-untuk.html

Friday, 16 November 2012

Photography Seminar & Workshop untuk Pemuda Sekabupaten Tangerang

Pada tanggal 14-15 Nopember 2012, Dekan Fakultas Seni & Desain dan An1mage, M.S. Gumelar bersama dengan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Multimedia Nusantara (Ultima) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Tangerang mengadakan seminar dan workshop Photography dari tingkat dasar sampai mahir bagi pemuda sekabupaten Tangerang.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian disusul oleh sambutan dan pembukaan oleh ketua panitia, Pak Bayu dan kemudian disusul oleh Pak Winarno sebagai direktur LPPM. Kemudian acara dilanjutkan dengan pengenalan sejarah tentang teknologi komunikasi.

Setelah itu dimulailah acara seminar tentang sejarah photography oleh Gumelar, dimana membahas sejarah awal ditemukannya alat-alat photography dan perkembangannya sampai di era terkini, yaitu menggunakan teknologi digital.

Seminar kemudian dilanjutkan dengan memberikan materi tentang asal mula kata photography, yang berasal dari kata latin photos dan graphos, photos yang artinya cahaya dan gaphos yang artinya gambar, sehingga gabungan dari kata-kata tersebut menjadi menggambar dengan cahaya, atau bila didefinisikan secara terkini, photography adalah hasil merekam obyek apapun sesuai dengan kebutuhan untuk dijadikan dokumentasi untuk seni ataupun non seni dengan menggunakan alat yang disimpan dalam satu panel dalam posisi cenderung diam (still).

Dasar-dasar dimulai dari klasifikasi kebutuhan dalam dunia photography yaitu;
1. Photography untuk Jurnalistik atau dokumentasi.
2. Photography untuk keperluan komersial
3. Photography untuk keperluan seni, untuk keperluan seni ini dibagi menjadi 2 saat merekam photo dengan obyek yang cenderung mahluk hidup tersebut yaitu dengan cara;
    a. Candid, yaitu dengan merekam obyek bergerak dengan tanpa sepengetahuan obyek yang direkam.
    b. Design, mendesain secara keseluruhan obyek yang akan diphoto.

Kamera mempunyai 2 bagian utama, yaitu body atau badan kamera, lalu lensa kamera, lensa terbagi menjadi 4 tipe lensa yaitu
1. Tele, diperlukan untuk merekam obyek (shot) dari jarak jauh agar tampak lebih dekat
2. Wide, diperlukan untuk merekam obyek atau area agar tampak lebih luas
3. Macro, diperlukan untuk merekam benda-benda yang cenderung kecil agar tampak
lebih detil.
4. Tele Macro, diperlukan untuk merekam obyek atau subyek yang cenderung jauh, tetapi tetap kedetilannya terekam baik.


sumber; http://bit.ly/KlVIxa

Kemudian Gumelar menjelaskan tentang 4 teknik yang harus dimiliki oleh seorang photographer handal yang ada di alat rekam photo atau kameranya yaitu;
1. Shutter Speed
2. Aperture
3. Focal Length
4. ISO

Kemudian sisanya dari luar kamera yaitu;
1. Lighting & Shading
2. Angle & Distance
3. Komposisi yang cenderung ada satu obyek atau subyek yang menjadi point of interest.
4. Moment
5. Unik

Bahasan hari pertama pada tanggal 14 Nopember 2012, seminar dan workshop diutamakan pada pengenalan alat, cara penggunaannya, teknik-teknik photography dan prinsip-prinsip dalam photography.

Hari kedua, pembahasan diutamakan pada lighting & shading, Angle & Distance, Komposisi dan Moment, sehingga sudah tercakup dari mulai tingkat dasar  sampai ketingkat mahir selama 2 hari, dan diakhiri dengan hunting photo serta dipilih 3 photo terbaik hasil hunting tersebut. Berikut 3 Photo terbaik yang mengakhiri sesi seminar dan workshop (G).


Saturday, 3 November 2012

Pengabdian Sosial: Fotografi untuk Pramuka


Dekan Fakultas Seni & Desain Universitas Multimedia Nusantara dan an1mage, M.S. Gumelar bekerja sama dengan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Ultima, P.M. Winarno telah menyelenggarakan Pengabdian Sosial dalam bidang Fotografi bagi pramuka-pramuka di Bumi Perkemahan kitri Bhakti Curug - Tangerang, pada tanggal 2 November 2012

Dalam pengabdian sosial tersebut Gumelar menjelaskan bagaimana menggunakan digital SLR (single lens reflection) camera. Dimana dapat diatur Shutter Speed, yang akan mempengaruhi output-nya, dengan pembagian yang semakin besar, misalnya 1/3 dengan 1/800, maka semakin besar pembaginya, maka gerakan yang cepat akan semakin seperti ter-freeze, hal ini akan terlihat hasilnya bila memfoto obyek seperti air yang mengalir dengan deras, semakin kecil angka pembaginya, maka semakin seperti blur pada area yang bergerak tadi, bila semakin besar pembaginya, maka hasil shoot foto obyek air akan seperti es yang beku.


Kemudian tentang Focal Length atau lebih sering disebut pengatur fokus, yang berguna untuk bermain depth of field, yaitu menciptakan kedalaman sesuai kebutuhan, dimana obyek yang dibuat fokus, sisanya menjadi lebih tidak jelas atau blur.


Kemudian Aperture atau light exposure, dimana semakin besar pembaginya, maka semakin sedikit cahaya yang masuk.


ISO dimana di zaman alat photography masih menggunakan celluloid atau film, maka identik dengan ASA atau DIN untuk beberapa negara. ISO ini merupakan standart untuk kecepatan dan kepekaan film celluloid terhadap cahaya dan gerakan. Bila ASA-nya besar, maka kepekaan cahaya dan merekam gambar akan semakin bagus, misalnya ASA 400 atau ISO 400, lebih peka dan mampu menangkap cahaya dan gerakan lebih cepat daripada ASA 100, tetapi itu untuk media rekam film.

Namun sekarang zaman sudah memasuki camera digital, sehingga fungsi ISO cenderung hanya pada kepekaan cahaya rekam yang tidak lagi menggunakan celluoid atau film, tetapi menggunakan CCD, sehingga kecepatan benar-benar bergantung kuat pada shutter speed, gunakan ISO dengan bijak, bila tidak, maka akan lebih banyak grain (bintik-bintik pixel) yang muncul bila berlebihan.

Setelah tahu basic-nya, maka kemudian belajar angle & distance, angle adalah sudut pandang pengambilan obyek apapun, akan sangat menyenangkan bila bisa dari bawah (low angle), bisa dari atas (high angle), dan bila sejajar mata (eye level) ada baiknya sedikit menyamping (3/4 view) yang berguna akan foto tidak seperti  datar mirip shape (bentuk 2D), sehingga kesan ilusi form atau seakan benda yang solid lebih terasa.

low angle

                                                                      high angle

Eye level 3/4 view

Kini berbicara tentang distance, atau jarak, ada extreme close up, yaitu jarak paling dekat kepada obyek tertentu yang menjadi pusat perhatian, atau yang menjadi penekanan (emphasis).


Close up, dimana jaraknya dan obyek yang masuk dalam  frame atau yang akan diabadikan dalam media foto sekitar area kepala, dari rambut sampai sekitar pundak atau dada.



Medium Shot, biasanya sekitar kepala sampai area paha kaki.



Long Shot, untuk obyek manusia dan non manusia dimana meliputi dari kaki sampai kepala, atau juga disebut sebagai establish shot untuk suatu tempat, dimana sering digunakan sebagai pengenalan suatu tempat dalam suatu adegan. Istilahnya yang digunakan mirip seperti cinematografi? Elements & principles of design-nya sama, demikian juga tekniknya sama, yang membedakan adalah bila cinema camera, merekam adegan yang bergerak, sedangkan fotografi cenderung untuk still image (diam).

Long Shot

Establish Shot

Extreme shot, ini merupakan jarak yang tidak dapat diukur secara pastinya, sebab akan berbeda sesuai kebutuhan, tetapi yang pasti, jaraknya dapat sejauh mungkin sesuai kebutuhan.


Kemudian belajar Lighting & Shading, dimana sinar yang bagus untuk fotografi seni adalah sinar yang datangnya dari samping kiri atau kanan, lalu dari bawah atau atas, hindarkan lighting dari arah depan, karena membuat obyek menjadi tidak mempunyai form yang kuat, sehingga berkesan flat atau datar mirip 2D, terkecuali untuk foto news (jurnalistik) dan majalah remaja, tetapi lighting dari belakang (backlight) dapat digunakan untuk memberikan efek dramatis, seperti dalam adegan suspense (aksi yang menegangkan).


Kemudian, dengan memahami elements & principles of design, akan sangat mempengaruhi hasil komposisi dan keindahan suatu hasil karya foto ataupun movie, dengan membaca buku Art & Design Principles berikut, maka akan bisa memahami lebih banyak dalam komposisi. (G).

Art & Design Principles - ebook version





Thursday, 1 November 2012

Call for Paper in Solo Accepted: Mendisain Kurikulum berbasis Visi & Misi Suatu Lembaga

Dekan Fakultas Seni & Desain Universitas Multimedia Nusantara dengan An1mage , M.S. Gumelar mempresentasikan paper-nya yang telah diterima di ajang DKV Ekreaprener 2012, yang berlangsung 19-21 Oktober 2012. Paper  yang berjudul "Mendisain Kurikulum berbasis Visi & Misi Suatu Lembaga Pendidikan" tersebut menjadi salah satu paper yang dipresentasikan dan dipandu oleh ketua event DKV Ekreaprener yaitu Bapak Ahmad Adib dalam event tersebut.

Paper tersebut berisi bagaimana mendisain atau merancang kurikulum yang mengarah pada visi dan misi yang disesuaikan dengan suatu lembaga pendidikan tersebut. Hal ini menjadi sangat rancu bila ternyata satu universitas yang telah berhasil menerapkan suatu pola program kurikulum kemudian ditiru oleh lembaga lainnya yang sejenis dalam bidang pendidikannya, jelas Gumelar.

Gumelar menambahkan, belum lagi dengan adanya dosen honorer (freelance) yang sangat berjasa dalam memberikan inputan dari mulut ke mulut kepada universitas dimana para dosen luar biasa ini cenderung untuk mengabarkan keberhasilan suatu program pendidikan.

Sehingga yang muncul adalah dosen-dosen tersebut cenderung untuk memberikan inputan agar diadakan juga mata kuliah ataupun suatu program pendidikan tersebut di universitas lainnya dimana dosen luar biasa tersebut mengajar.

Hal tersebut sekilas terlihat positif, namun setelah diterapkan, karena adanya kecenderungan visi, misi, dan ciri khas suatu lembaga pendidikan satu dengan lainnya yang berbeda, maka tentu saja ada kecenderungan tidak berhasil, membuat masalah baru dan tentu saja mengaburkan visi, misi, dan ciri khas lembaga tersebut, karena hampir semua lembaga akhirnya pola pendidikannya mirip-mirip dan tidak berciri khas sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut.

Padahal bukankah berbeda itu suatu keunikan dan akan menjadi suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya? Tandas Gumelar.

Oleh karena itulah bila ada suatu mata kuliah yang berbeda dan tidak ada di lembaga pendidikan lainnya, jangan panik dan merasa bersalah, apalagi di kritik oleh dosen-dosen honorer dengan kata nyeleneh, hal ini wajar, sebab dosen-dosen honorer ini kebanyakan tidak tahu visi dan misinya suatu lembaga, sehingga mereka cenderung untuk menyamaratakan bahwa mata kuliah ini seharusnya ada dan mata kuliah itu seharusnya tidak ada.

Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukan sosialisasi visi dan misi kepada para dosen honorer ini dan sebaiknya merekrut dosen honorer tersebut menjadi dosen tetap bila dibutuhkan. Dalam jangka panjang ada baiknya bila perlu disekolahkan ke jenjang lebih tinggi bila ternyata dosen honorer tersebut masih tingkatan Sarjana (S1) sehingga akan memudahkan pembentukan regenerasi dan asset universitas yang berharga tersebut sehingga visi dan misinya suatu lembaga pendidikan akan menjadi lebih baik dan mempunyai keunggulan tersendiri.

Walaupun sebenarnya perlu juga memberikan kesamaan bagi beberapa fakultas seni & desain, yang mempunyai prodi yang sama untuk menyelaraskan skills minimal yang harus dikuasai lulusan sebagai ciri khas keilmuan fakultas atau prodi di bidang seni & desain tersebut, sehingga membentuk kurikulum secara bersama akan menjadi acuan penting minimum keahlian yang seharusnya dimiliki lulusan, demikian kata Gumelar dengan bersemangat. (G)